Sunday, May 13, 2007

kori brojonolo lor
Keluar dari Siti Hinggil ke arah selatan kita melewati dua pintu lagi yang dinamakan Kori Renteng dan Kori Mangu (renteng = pertentangan dalam hati, mangu = ragu-ragu).
Seterusnya kita menemui pintu raksasa dari kayu yang dinamakan Kori Brodjonolo Lor. Kata Brodjonolo mengandung arti yaitu brodjo artinya gaman (senjata) yang sangat tajam, sedangkan nolo artinya pikir. Jadi arti yang terkandung di dalamnya, kalau kita mau melewati pintu ini kita diminta agar segala sesuatu harus kita pikirkan dalam-dalam dulu, dengan kata lain kita diminta selalu waspada. Pintu ini dibangun waktu Sinuhun Pakubuwono ke-II pada tahun 1694 H(1757 M).
Di atas pintu kori diberi tanda sengkalan memet berupa kulit sapi persegi: “Lulang sapi siji = wolu ilang sapi siji” (1708 atau 1782 M), yaitu jaman Pakubuwono III.
Di kiri kanan pintu, baik yang disebelah luar maupun yang disebelah dalam ada bangsal-bangsal kecil. Di sebelah luar pintu ada bangsal Pacaosan Abdi Dalem Brajanala Kiwa dan Tengen. Di sebelah dalam pintu ada bangsal Pacaosan Abdi Dalem Wisamarta Kiwa dan Tengen (wiso = bisa , marto = penawar).
Bangsal-bangsal ini dipergunakan untuk para abdi dalem yang sedang bertugas jaga. Di atas pintu Brodjonolo di sebelah timur ada lonceng besar yang biasa disebut Jam Panggung, lonceng itu sampai sekarang masih dibunyikan.
kori kamandungan
Melalui pintu masuk Brodjonolo ini kita sampai di pelataran yang dinamakan Pelataran Kamandungan, disebelah kiri dan kanan pelataran ada dua brak. Brak di sebelah timur dipergunakan untuk prajurit-prajurit n’jobo (luar) sebagai penjaga bagian luar keraton dan brak di sebelah barat dipergunakan untuk prajurit-prajurit Belanda.
Bangunan yang paling menonjol di Pelataran Kamandungan adalah Baleroto, suatu teras terbuka yang dihiasi dengan ukiran besar berwarna biru dan putih sebagai tempat tunggu tamu yang akan menghadap Sunan. Di depan Baleroto terdapat 2 patung raksasa Cingkorobolo dan Boloupoto. Di sebelah kiri dan kanan Baleroto ada los-los, untuk tempat parkir kereta-kereta dan kendaraan-kendaraan yang akan dipakai oleh Sinuhun Pakubuwono.
Begitu masuk pintu Kamandungan kita akan berhadapan dengan kaca pengilon besar (cermin) siapa saja yang melalui kaca itu pasti akan berhenti sejenak, untuk memeriksa dirinya, apakah segala sesuatu yang dipakai sudah pantas mengingat kita akan memasuki keraton, tempat tinggal seorang raja. Arti yang terkandung didalamnya ialah kita diminta selalu mawas diri. Memang segala sesuatu yang kita jumpai di keraton mengandung kiasan sendiri, mengandung piwulang.
kori srimanganti
Di belakang kori Kamandungan kembali akan kita jumpai suatu pelataran yang disebut Sri Manganti. Di kanan kiri Sri Manganti ada 2 bangunan bangsal.
Bangsal di sebelah timur dinamakan Bangsal Mercukondo, bangsal ini dipergunakan untuk:
  • Tempat prajurit-prajurit n’jero (dalam) yang bertugas jaga di dalam keraton.
  • Pisowanan (sowan = menghadap).
  • Pelantikan opsir-opsir yang naik pangkat.
Smorokoto

Di belakang bangsal ini ada sebuah penjara kecil yang disebut Panti Pidono, yang dipergunakan untuk mengadili kerabat keraton yang bersalah dan perlu dihukum. Untuk tindak pidana demikian, bagi para kerabatnya keraton memiliki perangkat peradilan tersendiri.

Adapun bangsal yang terletak disebelah barat Sri Manganti dinamakan Bangsal Smorokoto atau Bangsal Marokoto, bangsal ini dipergunakan sebagai tempat tunggu bagi para abdi dalem yang berpangkat Bupati keatas pada waktu ada pisowanan. Bangsal-bangsal ini dibuat oleh Sinuhun Pakubuwono ke-III dan diselesaikan oleh Sinuhun Pakubuwono ke-IV, yaitu pada hari Senin 13 Rabihulakir 1714 Jawi atau 4 April 1814 M.

Untuk memasuki pelataran keraton kita melewati lagi sebuah pintu yang dinamakan Kori Sri Manganti Lor yang dibuat oleh Sinuhun Pakubuwono ke-III pada tahun 1685 Jawi (1758 M).
Didepan Kori Sri Manganti akan dijumpai lagi kaca pengilon besar, tujuan pemasangannya sama dengan pemasangan kaca pengilon di depan pintu Kamandungan, yaitu agar kita selalu mawas diri dan introspeksi.
Setelah melewati kori Sri Manganti, kita akan sampai di pelataran dalam keraton.

Srimanganti
panggung songgobuwono
Songgobuwono Di pelataran keraton sebelah timur kori Sri Manganti ada sebuah panggung yang dinamakan Panggung Songgobuwono. Di puncak panggung ada sebuah ukiran berupa orang yang sedang naik ular bersayap. Dalam bahasa Jawa gambar itu berbunyi sengkalan “Nogo muluk titihan Janmo“. Harmonisasi kori Sri Manganti dan Panggung Songgobuwono adalah lambang dari lingga dan yoni.
Baik kata-kata panggung Songgobuwono maupun nogo muluk titihan janmo kalau ditulis dalam aksara jawa akan menunjukkan angka 1198, yang merupakan tahun dibangunnya Panggung Songgobuwono.
Panggung Songgobuwono adalah alat pelengkap suatu benteng. Dari tingkat paling atas dapat dilihat jalan masuk ke keraton dan bagian dalam benteng Belanda yang ada di sebelah utara Gladak. Serta lalu lintas keluar masuk alun-alun, sampai pada awal abad 20 masih dipergunakan untuk melihat siapa yang memasuki alun-alun. Apabila itu orang asing, Belanda atau Cina maka dibunyikan selompret oleh para penjaga yang ada di Panggung Songgobuwono sebagai tanda bahaya. Mendengar selompret ini para penjaga yang ada di pagelaran memeriksa dan kalau perlu menolak orang-orang asing yang hendak memasuki alun-alun. Pada dalam masa aman sekarang, selompret masih dibunyikan apabila ada tamu-tamu asing yang datang atas undangan Sinuhun untuk menghadiri upacara-upacara yang diselenggarakan di dalam keraton. Songgobuwono
Mendengar bunyi selompret para pangeran yang tadinya duduk menunggu di Serambi Untorosono, akan bersiap menjemput para tamu di halaman Sri Manganti.
Pada masa keadaan belum aman pada abad ke-18 dan 19 selompret dibunyikan sebagai komando pasukan berkuda, yang selalu siap di halaman Kamandungan, untuk menyerbu jika seandainya ada musuh yang sudah berhasil memasuki alun-alun atau melalui jalan supit-urang yang ada di kiri kanan Siti Hinggil.

2 comments:

gay teen stories said...

Kitty Kat felt a shiver of lust her shallow breathing deepens whenever shes made to show herself like this. END VIDEO CLIP BOBBIE BATTISTA, HOST Were talking today about the possibility of androids and robots living among us.
erotic stories enama incest young free
gay interracial sex stories
sexy romance stories
free amateur sex stories
really young teen sex stories
Kitty Kat felt a shiver of lust her shallow breathing deepens whenever shes made to show herself like this. END VIDEO CLIP BOBBIE BATTISTA, HOST Were talking today about the possibility of androids and robots living among us.

hot free preteen sex taboo stories said...

Angela is not dumb. Why didnt Angela tell her.
free grandpa incest stories
free male beastiality stories
sexy fantasy stories
incest sex stories extreme
gay erotic sex stories
Angela is not dumb. Why didnt Angela tell her.